PERCOBAAN MENYELIDIKI KETEBALAN BAHAN TERHADAP SUHU UDARA DALAM RUANG TERTUTUP (BAGIAN 2 DARI 4)
Halo teman-teman!
Selamat datang kembali di Blog-nya Wahyu.
Kali ini aku mau bahas salah satu percobaan mengenai efek
rumah kaca. Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki
pengaruh ketebalan bahan terhadap suhu udara dalam ruang tertutup.
Alat dan
Bahan
·
stoples bening (3 buah) ·
termometer (3 buah) ·
tisu |
·
plastik mika ·
kaca bening (tebal 3 mm) |
Prosedur
Kerja
·
Siapkan
3 stoples kaca yang seukuran kemudian masukkan 1 lembar tisu ke alas stoples
dan masukkan teermometer sehingga rangkaian alat menjadi seperti Gambar 3.4.
Gambar 3.4
Desain penyelidikan ilmiah, (a) stoples kaca tanpa tutup, (b) toples kaca
dengan tutup plastik mika, (c) toples kaca dengan tutup lembaran kaca.
· Letakkan
ke tiga stoples tersebut di bawah terik matahari dan catat suhu awalnya.
· Biarkan
stoples di bawah terik matahari dan catat suhunya setiap 3 menit.
· Ambil
kembali stoples dan letakkan di tempat teduh selama 10 menit dan amati suhu akhirnya.
Data
Pengamatan
· Toples diletakkan di bawah terik matahari
Waktu (menit) |
Suhu di bawah terik matahari (oC) |
||
Stoples A |
Stoples B |
Stoples C |
|
0 |
32,3 |
32,6 |
33,8 |
3 |
41,1 |
42,8 |
42,4 |
6 |
H |
H |
H |
9 |
H |
H |
H |
·
Toples
dibawa ke tempat teduh
Waktu (menit) |
Suhu di bawah terik matahari (oC) |
||
Stoples A |
Stoples B |
Stoples C |
|
0 |
38,7 |
39,9 |
35,0 |
3 |
38,7 |
39,9 |
35,0 |
6 |
33,2 |
32,4 |
35,0 |
9 |
34,4 |
32,6 |
32,3 |
Analisis
Data
Berdasarkan data yang diperoleh, buatlah grafik antara waktu dan kenaikan suhu udara dalam stoples.
a. Ketika di bawah sinar matahari
- Ketika di tempat teduh
Penjelasan Ilmiah
Rangkaian alat dalam percobaan ini dirancang untuk mengetahui kenaikan suhu udara pada toples melalui pengukuran temperatur suhu m enggunakan termometer. Terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada kenaikan temperatur suhu. Salah satu faktor dari kenaikan temperatur, yaitu adanya pengaruh dari panas matahari (Talumewo et al, 2012). Temperatur suhu juga dapat berubah sesuai dengan jenis aktivitas yang dilakukan. Maka dari itu, percobaan dilakukan menggunakan tiga toples dengan dibedakan rangkaian alatnya dan juga akan dilakukan pada dua kondisi yang berbeda.
Percobaan ini menggunakan toples yang terbuat dari kaca tembus pandang. Penggunaan toples kaca yang tembus pandang bertujuan supaya cahaya matahari dapat masuk ke dalam stoples sehingga suhu di dalamnya lebih hangat (Yusuf, 2015). Stoples tembus pandang juga akan mempermudah dalam pembacaan termometer yang diletakkan di dalamnya. Bagian dasar stoples dialasi dengan tisu yang berwarna putih. Tisu berfungsi menahan termometer supaya tidak bersentuhan langsung dengan kaca dan mengalami lonjakan suhu. Selain itu, warna putih pada tisu dapat merefleksikan atau memantulkan semua panjang gelombang dan menyerap sedikit cahaya. Hal ini memproyeksikan bagaimana energi panas dari cahaya matahari yang diadsorpsi kemudian dipantulkan kembali oleh awan dan permukaan bumi (Achmad, 2004). Pada kenyataannya, energi yang dipantulkan oleh bumi akan tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas rumah kaca lainnya untuk dikembalikan ke bumi. Fenomena ini yang menyebabkan bumi mengalami kenaikan suhu.
Percobaan untuk mengetahui kenaikan suhu dilakukan dengan menggunakan tiga stoples yang dibedakan sebagai toples A,B, dan C. Stoples A tidak diberi penutup pada bagian atasnya. Sedangkan pada stoples B diberikan tutup berupa plastik mika dan pada stoples C diberikan tutup berupa kaca bening yang tebalnya sekitar 3 mm. Stoples akan diberikan dua perlakuan, yaitu diletakkan dibawah sinar matahari dan diteduhkan dari sinar matahari. Pada perlakuan pertama, suhu awal termometer di dalam toples A, B, dan C secara berturut-turut yaitu 38,7˚C; 39,9˚C; dan 35,0˚C. Setelah dipanaskan selama 3 menit dibawah sinar matahari, suhu yang ditunjukkan termometer pada stoples A,B, dan C secara berturut-turut yaitu 41,1˚C ; 42,8˚C; dan 42,4˚C. Kemudian pemanasan dilanjutkan 2 x 3 menit. Suhu pada menit ke 6 dan 9 menunjukkan telah mencapai batas maksimal dari suhu yang dapat terukur oleh termometer dan dilambangkan dengan tulisan H. Sesuai dengan informasi yang tertera pada kemasan, H mengindikasikan bahwa suhu yang teramati lebih dari 42˚C.
Stoples dan termometer kemudian diambil dan dibiarkan sampai kembali mencapai suhu normal. Setelah itu diletakkan pada tempat yang teduh. Suhu awal yang tercatat pada termometer dalam stoples A, B, dan C yaitu 38,7˚C ; 39,9˚C; dan 35˚C. Suhu setelah didiamkan selama 3 menit di tempat yang teduh tidak menunjukkan perubahan. Kemudian setelah didiamkan selama 6 menit, suhu yang teramati dari termometer secara berturut-turut yaitu 33,2˚C; 32,4˚C; dan 35˚C. Suhu kembali mengalami perubahan setelah didiamkan selama 9 menit menjadi 34,4˚C; 32,6˚C; dan 32,3˚C.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada kaca tanpa
penutup energi panas dapat secara bebas terserap di dalam stoples dan
dipantulkan kembali keluar toples. Oleh sebab itu, kenaikan dan penurunan suhu
yang terjadi tidak stabil. Kemudian, pada stoples dengan penutup berupa plastik
mika menunjukkan terdapat kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan.
Hal ini mengindikasikan bahwa energi panas yang menembus plastik mika terserap
oleh stoples yang kemudian dipantulkan keluar. Namun akibat adanya penghalang,
energi tidak dapat keluar secara bebas sehingga tertahan oleh plastik mika dan
menyebabkan pemantulan kembali energi ke dalam botol. Sedangkan pada stoples
dengan penutup kaca, kenaikan dan penurunan suhu terjadi secara stabil. Energi
panas tidak serta merta masuk dan keluar dari dalam stoples dengan bebas.
Energi panas harus melewati penutup kaca terlebih dahulu, kemudian terserap
oleh stoples dan dipantulkan keluar. Adanya penutup kaca yang cukup tebal
menjadikan energi panas tidak dapat keluar dengan bebas dan dipantulkan kembali
kedalam stoples. Dengan demikian, adanya penutup dan ketebalan dari penutup
stoples berpengaruh terhadap perubahan suhu di dalam stoples. Percobaan ini
mengilustrasikan bagaimana efek rumah kaca dapat terjadi di bumi. Stoples
merupakan gambaran dari bumi, sedangkan penutup toples merupakan gambaran dari
atmosfer bumi. Partikel-partikel yang berada di atmosfer menentukan tebal
tipisnya atmosfer dan ketahanannya untuk memantulkan energi panas. Efek rumah
kaca tetap dibutuhkan oleh bumi apabila kadarnya masih normal (Achmad, 2004).
Namun jika kadarnya berlebih, maka efek rumah kaca dapat membahayakan
keberlangsungan kehidupan di bumi.
Sumber Pustaka
Ahmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Yogyakarta.
Talumewo, R.F.,
Sompie, S.R.U.A., Mamahit, D.J., & Narasiang, B.S. (2012). Rancang Bangun
Alat Pengkondisi Udara Pada Ruangan Menggunakan Sensor CO dan Temperatur.
Jurnal Teknik Elektro, FTUNSRAT, 1:1-6.
Yusuf, M. 2015. Memang Kaca Bisa Tembus Pandang?. http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakfenomena&1428811008
Komentar
Posting Komentar