SAMPAH ORGANIK PENYUMBANG PEMANASAN GLOBAL

sumber: https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_1024/v1512382300/zuyogkvsawlh3nycr1sa.jpg

Halo teman-teman!

Selamat datang kembali di Blog-nya Wahyu!!

Kalian pernah ngga sih, udah kalap banget pengin makan banyak eh pas mulai makan malah gampang banget kenyang? Alhasil, makanan yang udah kita ambil jadi ngga habis, deh.

Ternyata kalau kita terlalu sering membuang sisa makanan yang tidak habis, kita turut menyumbang pemanasan global loh. Kok bisa? Yuk, kita bahas.

Sisa makanan yang kita buang termasuk dalam sampah organik, loh. Selain sisa makanan, contoh sampah organik lain yaitu sayur yang tidak terolah, buah yang tidak terkonsumsi, dedaunan yang jatuh dari pohon, kotoran ternak, dan sampah-sampah lain yang berasal dari sisa-sisa kebutuhan rumah tangga atau sisa-sisa bagian makhluk hidup yang bisa di daur ulang menjadi bentuk lain. Bedasarkan data dari Sisitem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), komposisi sampah sisa makanan di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 41,5% dan merupakan penyumbang komposisi sampah terbesar.

Umumnya, sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Faktanya, tidak semua sampah organik terolah menjadi kompos. Banyak sampah organik yang tercampur dengan sampah-sampah plastik dan sampah lainnya yang menyebabkan sampak organik sulit untuk dikumpulkan. Sampah-sampah organik yang telah tercampur kemudian akan terkumpul di TPA dan akan mengalami proses dekomposisi secara anaerob. Proses dekomposisi ini yang menimbulkan sampah menjadi panas dan berbau busuk. Selain itu, proses dekomposisi sampah organik akan menghasilkan gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Gas tersebut meliputi gas karbon dioksida (CO2), gas metana (CH4), dan gas hasil dekomposisi lainnya. Pelepasan gas secara tidak terkendali ke lapisan atmosfer dampat memberikan dampak buruk salah satunya yaitu pemanasan global.

Metana merupakan gas yang memberikan dampak besar dalam efek rumah kaca. Gas metana mempunyai potensi 21 kali lebih besar dibandingkan dengan gas karbondioksida. Akan tetapi, usia gas metana di atmosfer cukup cepat yaitu sekitar 10 tahun. Meningkatnya gas metana di atmosfer dapat menyebabkan pemantulan kembali radiasi sinar matahari ke permukaan bumi semakin besar. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.

Oleh karena itu, kita perlu menjaga bumi kita agar terminimalisir dari pemanasan global. Yuk, mulai sekarang habiskan makananmu, jangan menyisakan makanan, dan juga lakukan pengelola sampah organik dengan bijak!

Terima kasih.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya^^


Sumber :

Rarastry, A. (2016). Kontribusi Sampah Terhadap Pemanasan Global. Kalimantan : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Puger, I. (2018). Sampah Organik, Kompos, Pemanasan Global, dan Penanaman Aglaonema di Pekarangan. Jurnal Agro Bali (Agricultural Journal) 1 (2) : 127-136.

https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_1024/v1512382300/zuyogkvsawlh3nycr1sa.jpg

 

 

Komentar